Arab Saudi Penjarakan Wanita Yang Tidak Diketahui Negara Lain

Arab Saudi Penjarakan Wanita Yang Tidak Diketahui Negara Lain – Arab Saudi baru-baru ini menghukum Nurah binti Saeed al-Qahtani 45 tahun penjara setelah dia mengungkapkan pandangannya di media sosial.

Pandangan para aktivis yang mengkritik negara

Ini terjadi hanya beberapa minggu setelah seorang mahasiswa Universitas Leeds, Salma al-Shehab, dijatuhi hukuman 34 tahun penjara karena menggunakan Twitter untuk me-retweet pandangan para aktivis yang mengkritik negara.

Ada beberapa tanda kecil bahwa Arab Saudi telah menawarkan kebebasan lebih banyak kepada perempuannya dalam beberapa tahun terakhir, tetapi hukuman penjara yang keras baru-baru ini terhadap perempuan telah memicu perdebatan yang meningkat tentang pelanggaran hak asasi manusia di negara itu.

Terlepas dari kasus-kasus ini, penguasa de facto negara itu, Mohammed bin Salman, diundang ke pemakaman Ratu Elizabeth II, meskipun pada akhirnya menteri pemerintah hadir menggantikannya.

Tunangan jurnalis yang terbunuh Jamal Khashoggi, Hatice Cengiz , mengkritik undangan tersebut dan implikasinya bahwa Inggris, dan komunitas internasional, menutup mata terhadap ekses Arab Saudi. Khashoggi dibunuh di dalam konsulat Istanbul negara itu pada 2018.

Salah satu faktor yang membuat barat cenderung tidak mengkritik Arab Saudi saat ini adalah perang Ukraina.

Ketergantungan ekstrim

Invasi Rusia telah menyebabkan kenaikan harga bensin , gangguan pasokan gas alam serta inflasi dan masalah lainnya , yang telah membuat barat berjuang – dengan beberapa negara Eropa daratan, termasuk Jerman, tiba-tiba terbangun dengan ketergantungan ekstrim mereka pada Rusia. gas .

Meskipun Inggris dan AS tidak bergantung pada Rusia seperti sekutu Eropa daratan mereka, ekonomi dan populasi nasional mereka juga sangat terpengaruh karena pasar global dan saling ketergantungan ekonomi. Ada juga kebutuhan untuk mengisi celah energi yang ditinggalkan oleh minyak Rusia, dan Arab Saudi adalah salah satu negara yang dapat membantu melakukannya.

Pemerintah Inggris dan AS telah berusaha untuk membangun kembali dan mengamankan dukungan dan kemitraan berkelanjutan Arab Saudi dengan kunjungan yang direncanakan dengan hati-hati untuk menjaga hubungan baik.

Hanya beberapa minggu setelah invasi Rusia ke Ukraina, mantan perdana menteri Inggris Boris Johnson mengunjungi Arab Saudi untuk membahas keamanan minyak dan energi.

Sementara AS mungkin lebih mandiri dalam energi daripada negara-negara barat lainnya, inflasi dan resesi global sebagai akibat dari perang Rusia di Ukraina masih mempengaruhi harga energinya.

Menstabilkan pasar global

Presiden AS Joe Biden mengikuti Johnson ke Arab Saudi pada pertengahan Juli untuk mengejar pembicaraan keamanan energi, dan pada akhirnya menstabilkan pasar global . Dalam sebuah artikel yang ditulis di Washington Post , Biden menunjukkan kepentingan strategis Arab Saudi: “Sumber daya energinya sangat penting untuk mengurangi dampak pada pasokan global perang Rusia di Ukraina”.

Biden lebih kritis terhadap rezim Saudi daripada pendahulunya Donald Trump. Akibatnya, Biden belum menerima sambutan hangat dari Saudi. Namun tekadnya untuk membiarkan Arab Saudi menjadi bagian dari solusi krisis global membuat Arab Saudi semakin berkuasa.

Kunjungan Johnson ke Arab Saudi bertepatan dengan eksekusi 81 orang oleh Arab Saudi. Namun, kantor perdana menteri tidak mengutuk eksekusi tersebut secara terbuka, hanya berjanji akan mengangkat masalah ini dengan pihak Saudi.

Arab Saudi berpikir bahwa kepentingan relatifnya telah berkembang sedemikian rupa sehingga barat tidak lagi berani mengkritiknya dengan keras.

Mengambil pandangan jauh

Pemenjaraan kedua perempuan ini, bagaimanapun, hanyalah sebuah intensifikasi penindasan jangka panjang terhadap perempuan oleh rezim, sementara barat melihat ke arah lain.

Administrasi Trump menghindari masalah ini , menahan diri untuk tidak mengkritik catatan hak asasi manusia Arab Saudi. Trump menjadikan Arab Saudi bagian dari perjalanan luar negeri pertamanya dan selanjutnya menegaskan kebijakan jangka panjang AS untuk menjaga kemitraan yang erat dengan Arab Saudi.

Pemerintahan Obama lebih kritis dan mengangkat beberapa keprihatinan atas hak asasi manusia, meskipun masih mempertahankan hubungan kerja yang stabil dengan Saudi.

Inggris, sebagai aktor global utama lainnya, kurang lebih mengikuti lintasan yang sama dengan AS. Ini bekerja sama dengan Arab Saudi dalam berbagai hal – politik, militer, ekonomi, dan bahkan menjual senjata Arab Saudi yang kemudian digunakan untuk menargetkan warga sipil tanpa pandang bulu di Yaman.

Beberapa orang akan berpendapat bahwa barat telah membiarkan Arab Saudi lolos dari pelanggaran hak asasi manusia selama bertahun-tahun.

Arab Saudi memiliki salah satu catatan hak asasi manusia termiskin di dunia selama beberapa dekade. Tahun demi tahun, organisasi seperti Human Rights Watch dan Amnesty International melaporkan pelanggaran HAM di Arab Saudi. Di bawah hukum Arab Saudi banyak hak asasi manusia termasuk kebebasan berbicara dan hak atas pengadilan yang adil dibatasi atau ditolak.

Sementara beberapa tanda kemajuan telah dibuat akhir-akhir ini – seperti wanita diizinkan mengemudi – ini sebenarnya hanya upaya simbolis untuk menyamarkan kenyataan.

Perempuan tetap menjadi warga negara kelas dua. Wanita Saudi masih tidak bisa menikah atau mendapatkan perawatan kesehatan tanpa izin dari wali laki-laki mereka , atau mewariskan kewarganegaraan kepada anak-anak mereka. Perwalian perempuan ini telah ada selama beberapa dekade dan dunia telah mentolerirnya.

Bahkan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang paling mengejutkan oleh rezim Saudi seringkali ditanggapi dengan tanggapan internasional yang sangat lemah. Ketika Arab Saudi mengeksekusi 81 orang tanpa pengadilan yang adil dalam satu minggu di pertengahan Maret, AS hampir tidak mengutuknya .

PBB

Perserikatan Bangsa – Bangsa mengutuk kurangnya pengadilan yang adil dan menyuarakan keprihatinan tentang interpretasi yang luas dari “terorisme” di bawah hukum tetapi tidak mengambil tindakan lebih lanjut.

Inggris menyatakan komitmennya terhadap perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia, seperti yang ditunjukkan dalam tinjauannya terhadap kebijakan luar negeri, pertahanan dan keamanan Inggris – di mana Inggris dengan bangga mengumumkannya sebagai negara Eropa pertama yang menjatuhkan sanksi terhadap Belarusia atas pelanggaran hak asasi manusianya.

Dokumen yang sama juga menyatakan bahwa Inggris akan membangun kemitraan keamanan yang erat dengan Arab Saudi, sementara tidak menyebutkan pelanggaran hak asasi manusia negara tersebut. Saat ini, tidak ada sanksi keuangan Inggris terhadap Arab Saudi , meskipun sanksi tersebut dikenakan pada rezim lain dengan catatan hak asasi manusia yang bisa dibilang tidak seburuk Arab Saudi.

Karena perang Ukraina, catatan pelanggaran hak asasi manusia Arab Saudi tidak mungkin membaik dan bahkan mungkin memburuk dalam waktu dekat. Tetapi Barat membutuhkan rezim yang ramah di Riyadh untuk semua alasan yang telah dibahas – dan masalah ini sepertinya tidak akan hilang dalam waktu dekat.